Kondisi Rawa Brondong Memprihatinkan, GP3A : Butuh Perhatian Khusus BBWSC3 dan DPUPR Kabupaten Serang

    Kondisi Rawa Brondong Memprihatinkan, GP3A : Butuh Perhatian Khusus BBWSC3 dan DPUPR  Kabupaten Serang
    Kondisi Rawa Brondong Desa Siremen Kecamatan Tanara Kabupaten Serang Banten yang mendangkal memprihatinkan. (DOK. ISTIMEWA)

    BANTEN - Keberadaan Rawa atau akan adanya suatu lahan luas yang tergenangi air dan terbentuk secara alami pada suatu wilayah disebut dapat memberikan manfaat, baik sebagai serapan dan pengendalian air serta mampu menyimpan lalu mengeluarkannya pada saat daerah tersebut mengalami kekeringan.

    Selain sebagai sumber cadangan air, peran dan manfaat Rawa antara lain ialah mencegah terjadinya banjir, mencegah intrusi air laut ke dalam air tanah dan sungai, sumber energi dan sumber makanan nabati maupun hewani (ekosistem).

    Disamping itu, bagi sektor pertanian, keberadaan air dari suatu Rawa tentunya sangatlah bermanfaat. Namun begitu, mengapa oleh sebagian warga khususnya masyarakat petani di wilayah Utara Kabupaten Serang, kini malah dianggap sebagai kekhawatiran.

    Akibat berubahnya bentuk serta fungsi kerja pada kondisi Rawa Brondong dan saluran pembuang pembawa air yang berlokasi di Desa Siremen Kecamatan Tanara Kabupaten Serang Banten, juga masuknya musim penghujan. Belum lama ini menjadikan puluhan hektar areal persawahan di wilayah dan sekitar yang baru ditanami benih padi pun terendam hingga disebut-sebut, lagi-lagi terancam gagal panen.

    Dikatakan Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Bina Budi Daya Mekar Desa Siremen, Muhammad Uluq, kondisi tersebut disebabkan oleh mendangkalnya Rawa Brondong juga menyempitnya saluran pembuang dan pembawa air menuju areal persawahan pada wilayah irigasinya.

    "Tampungan air di Rawa Berondong sudah tidak maksimal karena dangkal. Ditambah lagi saluran pembuang dan pembawa airnya pun semakin menyempit karena timbunan lumpur tanah dan semak, akhirnya kemudian meluap lagi menuju areal persawahan, " tutur Kang Uluq sapaan akrabnya yang juga seorang ketua Poktan Bina Tani Desa Siremen, (Minggu, 02/01/2021).

    Ia juga mengatakan, bahwa dengan kondisi tersebut pasokan air di wilayah irigasinya tak menentu. 

    "Terkadang kekurangan air dikala musim tanam atau reundeung, atau kelebihannya pasokan karena meluapnya air melalui saluran pembuang dan pembawa air dari Rawa Brondong itu, " kata Kang Uluq.

    Dikatakan lagi, tersedimentasinya Rawa Brondong dengan luas + - 35 hektar serta sepanjang saluran pembuang dan pembawa air tersebut, kini bukan lagi menjadi salah satu manfaat dari keberadaan suatu Rawa di suatu wilayah melainkan kekhawatiran warga juga masyarakat petani di persawahan.

    "Apalagi dimusim penghujan ini, air tersebut tak tertampung dan akhirnya merendamnya pelataran rumah warga, sebab itu juga belakangan ini sawah di sekitarnya mengalami gagal panen, " katanya.

    Sebagai ketua GP3A yang juga Ketua Kelompok Tani (Poktan) Bina Tani, ia merasa hal itu merupakan tanggung jawabnya dalam mengatasi kebutuhan air di wilayah tersebut. Namun begitu, dengan kondisi saat ini dirinya mengaku tidak bisa mengerjakannya sendiri bersama petani dan pemerintahan desa. Perlunya penanganan secara khusus dari pihak terkait, terlebih melalui Balai Besar Wilayah Ciujung Cidanau Cidurian BBWSC3 Banten, mengingat potensi pemanfaatan jaringan air pada Rawa Brondong.

    "Disamping, perlunya penataan kembali saluran pembuangan air dan pembawa air agar debit air dapat mengalir dengan baik, " ujarnya.

    Lanjut dikatakannya, upaya-upaya lain seperti halnya gotong royong membersihkan Rawa Brondong dan saluran pembuang pembawa air nya telah dilakukannya bersama para petani, masyarakat, dibantu pemerintah Desa Siremen serta Anggota Babinsa Koramil Tanara. Namun begitu, ia merasa jika hal itu tidak maksimal, berharap adanya perhatian dari pihak atau dinas yang mengurusi persoalan air irigasi.

    “Saluran Rawa Berondong perlu campur tangan dari dinas pengairan atau dari balai besar, tidak cukup tenaga kami untuk merawatnya, ” lanjutnya.

    “Harapan kami berikutnya, sedimentasi lumpur dan tanah dari Rawa Brondong dapat diangkut menggunakan alat berat (excavator_red) kemudian itu dilakukannya rehabilitasi pemasangan batu atau precast, di saluran pembuangan dan pembawa airnya agar rumput dan tanaman liar tidak tumbuh subur, outputnya kebutuhan air untuk persawahan tercukupi, ” pungkasnya.

    Untuk itu, dalam waktu dekat ini GP3A bersama perwakilan kelompok petani dibantu pemerintah Desa juga para aktivis pemerhati lingkungan hidup dan pertanian berencana bakal membuat surat permohonan kepada dinas terkait pemerintah daerah Kabupaten Serang maupun Balai Besar Wilayah Ciujung Cidanau Cidurian BBWSC3 Banten agar segera dilakukan penanganan baik rehabilitasi maupun peningkatan pembangunannya. (SNA)

    Sena N Adhi

    Sena N Adhi

    Artikel Sebelumnya

    Terendam Air, Puluhan Hektar Sawah di Desa...

    Artikel Berikutnya

    Warga Tuding PT SLI Lakukan Pencemaran,...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Kapolri Beri Kenaikan Pangkat Anumerta ke Almarhum AKP Ulil Ryanto
    Kapolri Sebut Pengamanan Nataru Akan Dilakukan 141.443 Personel
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan

    Ikuti Kami